Monday, July 22, 2013




Amalan Rasulullah Saw di Malam Bulan Ramadhan




Sumaryo bin Sukimin bin Abdurrohim Al-Madyuni

“Adalah Rasulullah SAW jika telah masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau mengencangkan kainnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Hikmah di balik meningkatnya volume ibadah nabi saw itu adalah karena sepuluh hari yang terakhir ini merupakan penutup bagi bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannya atau akhirnya.
Berikut ini adalah amal-amalan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW di sepuluh hari yang terakhir :

Pertama, menghidupkan malam.
Menghidupkan malan di sini mengandung kemungkinan bahwa beliau menghidupkan seluruh malamnya atau kemungkinan pula beliau menghidupkan sebagian besar darinya. Aisyah ra berkata:
“Tidak pernah aku melihat beliau (Nabi SAW) melakukan ibadah pada malam hari hingga pagi harinya dan berpuasa selama satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadhan.” (HR. Muslim)

Kedua, Membangunkan keluarganya.
Amalan kedua ini menjelaskan bahwa Rasulullah SAW membangunkan keluarganya untuk mengerjakan shalat sunnah pada malam-malam sepuluh hari yang terakhir. Padahal, hal demikian tidak beliau lakukan di malam-malam yang lain.
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib: ia berkata: “Rasulullah SAW membangunkan keluarganya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Turmudzi)

Ketiga, “mengencangkan ikat pinggang”.
Maksudnya, beliau menjauhkan diri dari menggauli istri-istrinya. Diriwayatkan bahwa beliau tidak kembali ke tempat tidurnya sampai rampungnya bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas disebutkan bahwa beliau melipat ranjangnya dan menjauhkan diri dari menggauli istri.
Namun, jika diri Anda sedang ‘bergejolak’ tentunya lebih baik Anda menunaikan ‘hajat’ terlebih dahulu, barulah Anda kembali fokus dalam menghidupkan malam-malam di sepuluh hari yang terakhir ini.

Keempat, mandi antara Maghrib dan Isya.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata:
“Di bulan Ramadhan, Rasulullah biasanya tidur dan bangun malam, namun jika telah masuk sepuluh hari terakhir, beliau mengencangkan ikat pinggang, menjauhi istri-istrinya, dan mandi di waktu antara Magrib dan Isya.”
Hikmah yang bisa dipetik dari amalan ini adaah untuk menghadirkan kesegaran dan kebugaran pada tubuh sehingga kuat dalam memburu malam demi malam untuk meraih malam yang lebih baik dari seribu malam, Lailatul Qadar.
Amalan kelima bisa dilakukan, kecuali oleh Anda yang memiliki rekam jejak penyakit tulang dan persendian seperti encok, rematik, dan sebagainya.

Kelima, Iktikaf.
Aisyah berkata:
“Nabi SAW melakukan iktikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau meninggal. Kemudian, istri-istrinya yang melakukan iktikaf sepeninggal beliau.” (HR. Bukhari-Muslim)
Tujuan nabi melakukan iktikaf pada sepuluh hari terakhir ialah untuk menghentikan berbagai rutinitas kesibukannya, mengosongkan pikiran, mengasingkan diri demi bermunajat kepada Allah, berdzikir dan berdoa kepada-Nya.
Semoga Allah swt memberi kita kemampuan untuk kita bisa melakukan 5 amalan yang telah dilakukan oleh Nabi SAW dalam mengisi sepuluh hari yang terakhir di bulan suci ini. 

Wallahu A`alam bis Shawaab.
Semoga bermanfaat

Amal-amal mulia di Bulan Ramadhan




Oleh : Sumaryo bin Sukimin bin Abdurrohim Al-Madyuni

Ramadhan adalah bulan mulia dan bulan pengampunan. Di bawah ini ada 12 amalan mulia yang bisa dikerjakan di bulan Ramadhan yang kini tengah kita jalani
Diantara amaliyah-amaliyah Ramadhan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW baik itu amaliyah ibadah maupun amaliyah ijtijma’iyah adalah sebagai berikut:

I. Shiyam (puasa)

Amaliyah terpenting selama bulan Ramadhan tentu saja adalah shiyam (puasa), sebagaimana termaktub dalam firman Allah pada surat al Baqarah : 183-187. Dan diantara amaliyah shiyam Ramadhan yang diajarkan oleh Rasulullah ialah:
a. Berwawasan yang benar tentang puasa dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya. “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi).
b. Tidak meninggalkan shiyam, walaupun sehari, dengan sengaja tanpa alasan yang dibenarkan oleh syari’at Islam. Rasulullah SAW bersabda bahwa : “Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshoh atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus bahkan seandainya ia berpuasa selama hidup” (HR At Turmudzi).
c. Menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menggugurkan nilai shiyam. Rasulullah SAW pernah bersabda: Bukanlah (hakikat) shiyam itu sekedar meninggalkan makan dan minum, melainkan meninggalkan pekerti sia-sia (tidak bernilai) dan kata-kata bohong” (HR Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah).
d. Bersungguh-sungguh melakukan shiyam dengan menepati aturan-aturannya. Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh Iman dan kesungguhan, maka akan diampunkani dosa-dosa yang pernah dilakukan “ (HR. Bukhori, Muslim dan Abu Daud).
e. Bersahur, makanan yang berkah (al ghoda’ al mubarak). Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda bahwa : “ Makanan sahur semuanya bernilai berkah, maka jangan anda tinggalkan, sekalipun hanya dengan seteguk air. Allah dan para Malaikat mengucapkan salam kepada orang-orang yang makan sahur” (HR. Ahmad). Dan disunnahkan mengakhirkan waktu makan sahur .
f. Ifthar, berbuka puasa. Rasululah pernah menyampaikan bahwa salah satu indikasi kebaikan umat manakala mereka mengikuti sunnah dengan mendahulukan ifthor (berbuka puasa) walau dengan air saja. Rasulullah SAW bersabda bahwa: “ Sesungguhnya termasuk hamba Allah yang paling dicintai oleh-Nya, ialah mereka yang bersegera berbuka puasa. “ (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
g. Berdo’a. Sesudah menyelesaikan ibadah puasa dengan ber-ifthar, sebagai wujud syukur kepada Allah, Rasulullah Saw berdo’a.

2. Tilawah (membaca) al Qur’an

Ramadhan adalah bulan diturunkannya al Qur’an. (QS. Al Baqarah: 185). Pada bulan ini Malaikat Jibril pernah turun dan menderas al Qur’an dengan Rasulullah Saw (HR. Bukhori). Imam az Zuhri pernah berkata : “ Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain shiyam) ialah membaca al Qur’an”. Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid (kaidah membaca al Qur’an) dan esensi dasar diturunkannya al Qur’an untuk ditadabburi, dipahami dan diamalkan (QS. Shad: 29).

3. Ith’am ath tho’am (memberikan makanan dan shodaqoh lainnya).

Salah satu amaliyah Ramadhan Rasulullah ialah memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti beliau sabdakan :
“Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut “ (HR. Turmudzi dan an Nasa’i). Memberi makan dan sedekah selama bulan Ramadhan ini bukan hanya untuk keperluan ifthar melainkan juga untuk segala kebajikan. Rasulullah yang dikenal dermawan dan penuh peduli terhadap nasib umat, pada bulan Ramadhan kedermawanan dan keperduliannya tampil lebih menonjol.

4. Memperhatikan kesehatan.

Shaum memang termasuk kategori ibadah mahdhah (murni). Sekalipun demikian agar nilai maksimal ibadah puasa dapat diraih, Rasulullah justru mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa dibawah ini:
a. Bersikat gigi (bersiwak) (HR. Bukhori dan Abu Daud).
b. Berobat seperti dengan berbekam (al hijamah) seperti yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.
c. Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan oleh Rasulullah SAW kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud Ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. ( HR. AL Haitsami)

5. Memperhatikan keharmonisan keluarga.

Sekalipun puasa adalah ibadah yang khusus diperuntukkan kepada Allah, yang memang juga mempunyai nilai khusus dihadapan Allah, tetapi agar hal tersebut di atas dapat terealisir dengan lebih baik, maka Rasulullah justru mensyari’atkan agar selama berpuasa umat tidak mengabaikan harmoni dan hak-hak keluarga.

6. Memperhatikan aktivitas da’wah dan sosial

Kontradiksi dengan kesan dan perilaku umum tentang berpuasa, Rasulullah Saw justru menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut dimuka, beliau juga aktif melakukan da’wah, kegiatan sosial, perjalanan jauh dan berjihad.
Dalam sembilan kali Ramadhan yang pernah beliau alami, beliau misalnya melakukan perjalanan dalam perang Badr (tahun 2 H), Mekkah ( tahun 8 H), dan Tabuk (tahun 9 H), mengirimkan 6 askariyah (pasukan jihad yang tidak secara langsung beliau pimpin), melaksanakan perkawinan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, beliau berkeluarga dengan Hafshoh dan Zainab Ra, meruntuhkan berhala-berhala Arab seperti Lata, Manat dan Suwa’, meruntuhkan masjid adh Dhiror, dll.

7. Qiyam Ramadhan (sholat tarawih)

Diantara kegiatan ibadah Rasulullah selama bulan Ramadhan ialah ibadah qiyam al lail, yang belakangan lebih populer disebut sebagai shalat tarowih. Hal demikian ini beliau lakukan bersama dengan para sahabat beliau. Sekalipun karena kekhawatiran bila akhirnya shalat tarawih (berjama’ah) itu menjadi diwajibkan oleh Allah, Rasulullah kemudian meninggalkannya. (HR. Bukhori Muslim). Dalam situasi itu riwayat yang shohih menyebutkan bahwa Rasulullah shalat tarawih dalam 11 raka’at dengan bacaan-bacaan yang panjang (HR. Bukhori Muslim).
Tetapi ketika kekhawatiran tentang wajibnya shalat tarawih itu tidak ada lagi, kita dapatkan riwayat-riwayat lain, juga dari Umar ibn al Khothob Ra, yang menyebutkan jumlah raka’at shalat tarawih adalah 21 atau 23 raka’at. (HR. Abdur Razaq dan al Baihaqi).

8. I’tikaf.

Diantara amaliyah sunnah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah Saw dalam bulan Ramadhan ialah i’tikaf, yakni berdiam diri di dalam masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Seperti dilaporkan oleh Abu Sa’id al Khudlri Ra, hal demikiam ini pernah beliau lakukan pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan dan terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Ibadah yang demikian penting ini sering dianggap berat sehingga ditinggalkan oleh orang-orang Islam, maka tidak aneh kalau Imam az Zuhri berkomentar; “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan ibadah i’tikaf, padahal Rasulullah Saw tak pernah meninggalkannya semenjak beliau datang ke Madinah sehingga wafatnya disana.”

9. Lailat al Qodr

Selama bulan Ramadhan ini terdapat satu malam yang sangat berkah, yang populer disebut sebagai lailat al Qadr, malam yang lebih berharga dari seribu bulan (QS. Al Qadr : 1-5). Rasulullah tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meraih lailatul qadr terutama pada malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan puasa (HR. Bukhori Muslim ).
Dalam hal ini Rasulullah menyampaikan bahwa : “Barangsiapa yang sholat pada malam lailatul qadr berdasarkan iman dan ihtisab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. “ (Hr. Bukhori Muslim).

10. Umroh.

Umroh atau haji kecil itu bagus juga apabila dilaksanakan pada bulan Ramadhan, sebab nilainya bisa berlipat-lipat, sebagaimana pernah disabdakan oleh Rasulullah kepada seorang wanita dari anshar bernama Ummu Sinan: “Agar apabila datang bulan Ramadhan ia melakukan umroh, karena nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah SAW. (Hr. Bukhori Muslim)

11. Zakat Fitrah

Pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan amaliyah yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW ialah membayarkan zakat fitra, suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat Islam baik laik-laki maupun perempuan, baik dewasa maupun anak-anak (HR. Bukhori Muslim).
Zakat fitra ini juga berfungsi sebagai pelengkap penyucian untuk pelaku puasa dan untuk membantu kaum fakir miskin. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

12. Ramadhan bulan taubat menuju fithrah

Selama sebulan penuh, secara berduyun-duyun umat kembali kepada Allah yang Maha Pemurah juga Maha Pengampun. Dia Dzat yang menyampaikan bahwa pada setiap malam bulan Ramadhan Allah membebaskan banyak hambaNya dari api nereka (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Karenanya inilah satu kesempatan emas agar umat dapat kembali, bertaubat agar ketika mereka selesai melaksanakan ibadah puasa mereka benar-benar kembali kepada fithrahnya.

Friday, July 19, 2013

Email Me



gusmario2000@yahoo.com
gusmario2000@gmail.com

gusmario2000

Hubungi Kami


Hubungi Kami 
Agus Sumaryo

Telp. 021-94765595
Mobile : 087877651155

Keutamaan Haji Dan Umrah




Keutamaan Haji Dan Umrah
Oleh: Agus Sumaryo


1. Salah Satu Ibadah Utama
Rasulullah Saw ditanya, manakah amalan yang paling utama?  Beliau menjawab: “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya”, kemudian ditanya lagi, Kemudian apalagi? Jihad di jalan Allah, kemudian ditanya lagi: kemudian apalagi?” beliau menegaskan, Haji mabrur.” (HR. Bukhari Muslim)

2. Salah Satu Jalan Jihad di Jalan Allah
“Wahai Rasulullah, bolehkan kami ikut perang dan jihad bersamamu? Nabi Saw menjawab, Bagi kalian (wanita) ada jihad yang lebih baik, yaitu haji haji yang mabrur, setelah itu berkata Aisyah, sesudah mendengar sabda itu, maka aku tidak pernah lagi meninggalkan ibadah haji.” (HR.Bukhari dan Ibnu Khuzaimah)

3. Penghapus Dosa
Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang mengerjakan haji dan tidak melakukan keburukan, tidak berbuat fasiq (maksiat) maka akan kembali (dihapus semua dosanya) seperti pada saat ia dilahirkan oleh ibunya”. (HR. Bukhari, Muslim dan NasaĆ®).

4. Merupakan Duta-Duta Allah
Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang mengerjakan haji dan umrah merupakan duta-duta Allah, apabila mereka memohon kepada Allah niscaya Dia akan mengabulkannya dan bila mereka meminta ampun, niscaya Dia akan mengampuninya”. (HR Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)

5. Antara Umrah ke Umrah Penghapus dosa
Rasulullah Saw bersabda: “antara umrah yang satu dan umrah lainnya, adalah kafarat (penghapus dosa) diantara keduanya, sedangkan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR Bukhari, Muslim, Malik, Tirmidzi, NasaĆ®, Ibnu Majah dan ash-Ashbahani).

6. Dana Haji Sama Dengan Infaq Di Jalan Allah
Nabi Saw bersabda, “Dana haji sama dengan biaya untuk perang di jalan Allah, satu dirham menjadi tujuh ratus lipat ganda.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Baihaqi dengan sanad yang baik)

7. Umrah Ramadhan Berpahala Ibadah Haji
Nabi Saw bersabda: “Umrah di bulan Ramadlan sama pahalannya dengan mengerjakan Haji.” (HR Ibnu Majah)

8. Seperti berhaji Dengan Nabi Saw
Nabi Saw bersabda,” Wahai Ummu Sulaim, sesungguhnya berumrah di bulan Ramadlan sama pahalannya dengan mengerjakan Haji bersamaku.”(HR Ibnu Hibban)

Silakan kepada sahabat-sahabat untuk menambahkan hikmah daripada ibadah umrah maupun haji. 
Terima kasih

Agus Sumaryo